12 Mei 2011

Empat Kasih SayangNya

Oleh Mamah Hikmatussa'adah


Dalam sebuah kisah diceritakan, ada seorang hamba yang sangat taat dalam beribadah, rajin serta istiqomah dalam meminta pertolongan pada Alloh, bahkan ketika berdoa pun ia tidak pernah mengganti doanya, doanya selalu sama dari hari ke hari. Kemudian malaikat bertanya, “Ya Alloh, mengapa Engkau tidak mengabulkan doa hambaMu itu?” Alloh menjawab, “Karena aku suka sekali mendengar doa-doanya yang indah, tutur bahasanya yang cantik, rintihannya yang syahdu ketika memohon padaKu, jika Aku kabulkan permohonannya maka hambaKu tidak akan berdoa lagi padaKu, Aku ingin mendengar doanya lebih lama lagi...”

Terkadang tanpa pernah kita sadari, kita merasakan jenuh dan bosan jika harus terus menerus berdoa, memohon dan meminta kepada Alloh untuk semua urusan kita, namun kita pun tak pernah menyadari bahwa ada kasih sayang Alloh yang begitu besar untuk kita. Tak pernah Alloh luput menjaga kita, mengawasi kita, bahkan tak pernah Alloh melalaikan kita sedikit pun apalagi sampai melupakan kita. Hanya saja cara Alloh yang berbeda saat menyayangi hambaNya. Seperti firmanNya:

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Alloh. Sungguh, Alloh Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Hasyr [59] : 18)
Kitalah sebagai manusia yang selalu merasa kurang, tanpa pernah merasa bersyukur atas apa yang Alloh berikan, bahkan lupa pada Alloh adalah kelalaian terbesar kita yang sudah biasa kita lakukan.
Astaghfirulloh. Bagaimana jika justru sebaliknya? Allohlah yang ingin melupakan kita barang sejenak, seumpamanya Alloh tidak memberikan nafas saat kita bangun selama seperkian detik, atau mungkin tak ada oksigen di dunia ini karena Alloh lupa pada hambaNya. Tentu rasanya tak berani membayangkannya apa yang terjadi dengan diri kita.

Begitu banyak waktu yang kita pakai untuk memenuhi tuntutan dunia, tapi bagaimana dengan kewajiban penghambaan kita pada Alloh? Bukankah jin dan manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Alloh saja? Rasanya tak pantas jika mengukur diri kita dan kemudian dibandingkan dengan semua kenikmatanNya yang diberikan cuma-cuma.

Dan Alloh kembali berfirman:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh, sehingga Alloh menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr [59] : 19)

Hidup memang sebentar, dunia memang hanya dermaga sementara, sesungguhnya tempat berlabuhnya bahtera bernama kehidupan adalah di akhirat kelak. Surgalah yang selalu ada dalam benak kita, namun tak jarang panasnya neraka membuat bulu kuduk kita merinding juga. Hidup penuh pilihan, suka atau tidak suka, surga atau neraka, baik atau buruk. Dua mata koin yang selalu terikat dan terkait, tak terpisahkan.
Mengumpulkan pundi-pundi amal ibadah yang berserakan adalah kewajiban kita, sebelum kita pulang ke sisiNya. Dalam janjiNya Alloh berfirman:
“Tak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga; para penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.” (QS. Al-Hasyr [59] : 20)

Lalu kita bertanya, mengapa untuk menempuh jalan menuju surga penuh onak dan duri, penuh kerikil, penuh ujian dan cobaan? Mengapa Alloh tak memberikan jalan lurus bebas hambatan? Bahkan terkadang kita berujar “untuk menjadi orang baik itu sulit jalannya” namun tidak dengan jalan menuju neraka. Semua terasa indah di permukaan, semua kemewahan dan kenikmatan semu siap menggoda kita.

Ternyata Alloh memberikan itu semua di atas pundak kita, memenuhi isi kepala kita karena Alloh Maha tau, bahwa kita lah sebagai manusia yang sanggup memikulnya. Bagaimana dengan ciptaan Alloh yang lainnya ? Dan lagi-lagi jawabannya karena hanya manusia yang mampu mengembannya, bahkan gunung besar menjulang tinggi nan kokoh pun tak sanggup memikulnya. Dikatakan dalam firmanNya:
“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Alloh. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” (QS. Al-Hasyr [59] : 21)

Manusia mampu berpikir, tak mungkin selamanya dia akan berada dalam lembaran hitam, dan manusia pasti akan berpikir bagaimana caranya menambah bekal amal untuk kepulangannya kelak. Tapi tidak dengan makhluk ciptaan Alloh yang lain, mereka diciptakan hanya untuk menyembah Alloh, memuji dan mengagungkan asmaNya. Lihat sang surya yang tidak pernah mengeluh untuk terus terbit dari timur, bayangkan seekor cicak yang tak pernah protes karena hanya bisa memakan serangga-serangga kecil saja. Itu semua lah yang membuat manusia berbeda dengan ciptaan Alloh lainnya. Dan sekali lagi Alloh Maha tau apa yang tepat untuk kita jalani.


Kini, masihkah kita berani melupakan Alloh?

0 komentar:

Posting Komentar